Minggu, 09 Juni 2013

Dinamika Kelompok

DINAMIKA KELOMPOK

A. PENGERTIAN DINAMIKA KELOMPOK
Dinamika kelompok menurut Kurt Lewin adalah untuk menggambarkan apa yang terjadi pada kelompok kecil. Lewin meneliti tentang bagaimana situasi-situasi dan proses-proses kelompok mempengaruhi interaksi anggota kelompok dan hasil akhir.
Dinamika kelompok  merupakan suatu kelompok yang terdiri dari dua atau lebih individu yang memiliki hubungan psikologi secara jelas antara anggota satu dengan yang lain yang dapat berlangsung dalam situasi yang dialami secara bersama.  Dinamika kelompok juga dapat didefinisikan sebagai konsep yang menggambarkan proses kelompok yang selalu bergerak, berkembang dan dapat menyesuaikan diri dengan keadaan yang selalu berubah-ubah. Dinamika kelompok mempunyai beberapa tujuan, antara lain:
·   Membangkitkan kepekaan diri seorang anggota kelompok terhadap anggota kelompok lain, sehingga dapat menimbulkan rasa saling menghargai
·   Menimbulkan rasa solidaritas anggota sehingga dapat saling menghormati dan saling menghargai pendapat orang lain
·   Menciptakan komunikasi yang terbuka terhadap sesama anggota kelompok
·   Menimbulkan adanya i’tikad yang baik diantara sesama anggota kelompok.
Proses dinamika kelompok mulai dari individu sebagai pribadi yang masuk ke dalam kelompok dengan latar belakang yang berbeda-beda, belum mengenal antar individu yang ada dalam kelompok. Mereka membeku seperti es. Individu yang bersangkutan akan berusaha untuk mengenal individu yang lain. Es yang membeku lama-kelamaan mulai mencair, proses ini disebut sebagai “ice breaking”. Setelah saling mengenal, dimulailah berbagai diskusi kelompok, yang kadang diskusi bisa sampai memanas, proses ini disebut ”storming”. Storming akan membawa perubahan pada sikap dan perilaku individu, pada proses ini individu mengalami ”forming”. Dalam setiap kelompok harus ada aturan main yang disepakati bersama oleh semua anggota kelompok dan pengatur perilaku semua anggota kelompok, proses ini disebut ”norming”. Berdasarkan aturan inilah individu dan kelompok melakukan berbagai kegiatan, proses ini disebut ”performing”. Secara singkat proses dinamika kelompok dapat dilihat pada gambar berikut:
 








            Alasan pentingnya dinamika kelompok:
·   Individu tidak mungkin hidup sendiri di dalam masyarakat
·   Individu tidak dapat bekerja sendiri dalam memenuhi kehidupannya
·   Dalam masyarakat yang besar, perlu adanya pembagian kerja agar pekerjaan dapat terlaksana dengan baik
·   Masyarakat yang demokratis dapat berjalan baik apabila lembaga sosial dapat bekerja dengan efektif

B. PENDEKATAN-PENDEKATAN DALAM DINAMIKA KELOMPOK
Dinamika kelompok seperti disebutkan di bagian awal, menjadi bahan persaingan dari para ahli psikologi, ahli sosiologi, ahli psikologi sosial, maupun ahli yang menganggap dinamika kelompok sebagai eksperimen. Hal tersebut membawa pengaruh terhadap pendekatan-pendekatan yang ada dalam dinamika kelompok.
1.      Pendekatan oleh Bales dan Homans
Pendekatan ini mendasarkan pada konsep adanya aksi, interaksi, dan situasi yang ada dalam kelompok. Homans menambahkan, dengan adanya interaksi dalam kelompok, maka kelompok yang bersangkutan merupakan sistem interdependensi, dengan sifat-sifat:
    • Adanya stratifikasi kedudukan warga
    • Adanya diferensiasi dalam hubungan dan pengaruh antara anggota kelompok yang satu dengan yang lain
    • Adanya perkembangan pada sistem intern kelompok yang diakibatkan adanya pengaruh faktor-faktor dari luar.
2.      Pendekatan oleh Stogdill
Pendekatan ini lebih menekankan pada sifat-sifat kepemimpinan dalam bentuk organisasi formal. Stogdill menambahkan bahwa yang dimaksud kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktivitas kelompok yang terorganisir sebagai usaha untuk mencapai tujuan kelompok. Kelompok terorganisir yang dimaksud disini adalah kelompok yang tiap-tiap anggotanya mendapat tanggungan dalam hubungannya dengan pembagian tugas untuk mencapai kerja sama dalam kelompok.
3.      Pendekatan dari ahli Psycho Analysis (Sigmund Freud dan Scheidlinger)
Scheidlinger berpendapat bahwa aspek-aspek motif dan emosional memegang peranan penting dalam kehidupan kelompok. Kelompok akan terbentuk apabila didasarkan pada kesamaan motif antar anggota kelompok, demikian pula emosional yang sama akan menjadi tenaga pemersatu dala kelompok, sehingga kelompok tersebut semakin kokoh. Freud berpendapat bahwa di dalam setiap kelompok perlu adanya kesatuan kelompok, agar kelompok tersebut dapat berkembang dan bertahan lama. Kesatua kelompok akan terbentuk apabila tiap-tiap anggota kelompok melaksanakan identifikasi bersama antara anggota yang satu dengan yang lain.

4.      Pendekatan dari Yennings dan Moreno
Yennings mengungkapkan konsepsinya tentang pilihan bebas, spontan, dan efektif dari anggota kelompok yang satu terhadap angota kelompok yang lain dalam rangka pembentukan ikatan kelompok. Moreno membedakan antara psikhe group dan sosio group sebagai berikut:
·         Psikhe group merupakan suatu kelompok yang terbentuk atas dasar suka/tidak suka, simpati, atau antipati antar anggota
·         Sosio group merupakan kelompok yang terbentuk atas dasar tekanan dari pihak luar.
Yennings menambahkan bahwa pelaksanaan tugas akan lebih lancar apabila pembentukan Sosio group disesuaikan dengan Psikhe group, dengan memperhatikan faktor-faktor efisiensi kerja dan kepemimpinan dalam kelompok.

C. FUNGSI DINAMIKA KELOMPOK
1.      Individu satu dengan yang lain akan terjadi kerjasama saling membutuhkan (individu tidak dapat hidup sendiri di dalam masyarakat)
2.      Dinamika kelompok memudahkan segala pekerjaan (dalam dinamika kelompok ada saling bantu antara anggota satu dengan anggota yang lain)
3.      Melalui dinamika kelompok segala pekerjaan yang membutuhkan pemecahan masalah dapat teratasi, mengurangi beban pekerjaan yang terlalu besar, sehingga waktu untuk menyelesaikan pekerjaan dapat diatur secara tepat, efektif dan efisien (dalam dinamika kelompok pekerjaan besar akan dibagi-bagi sesuai dengan bagian kelompoknya masing-masing)
4.      Meningkatkan masyarakat yang demokratis, individu satu dengan yang lain dapat memberikan masukan atau berinteraksi dengan lainnya dan memiliki peran yang sama dalam masyarakat.

D. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN KELOMPOK
Terbentuknya kelompok karena adanya persamaan dalam kebutuhan akan berkelompok, dimana individu memiliki potensi dalam  memenuhi kebutuhan dan setiap individu memiliki keterbatasan, sehingga individu akan meminta atau membutuhkan bantuan individu yang lain untuk mengatasinya.
Kelompok merupakan tujuan yang diharapkan dalam proses dinamika kelompok, karena jika hal tersebut tercapai, maka dapat dikatakan salah satu tujuan proses transformasi dapat berjalan dengan baik. Indikator yang dijadikan pedoman untuk mengukur tingkat perkembangan kelompok adalah sebagai berikut:
1.      Adaptasi
Setiap individu terbuka untuk memberi dan menerima informasi yang baru. Setiap kelompok, tetap selalu terbuka untuk menerima peran baru sesuai dengan hasil dinamika kelompok tersebut. Di samping itu proses adaptasi juga berjalan dengan baik yang ditandai dengan kelenturan setiap anggota untuk menerima ide, pandangan, norma dan kepercayaan anggota kelompok lain tanpa merasa integritasnya terganggu
2.      Pencapaian tujuan
Setiap anggota mampu menunda kepuasan dan melepaskan ikatan dalam rangka mencapai tujuan bersama, mampu membina dan memperluas pola, serta individu mampu terlibat secara emosional untuk mengungkapkan pengalaman, pengetahuan dan kemampuannya.
Perkembangan kelompok  dapat ditunjang oleh bagaimana komunikasi dalam kelompok. Perkembangan kelompok dibagi menjadi tiga tahap, yaitu:
a.      Tahap pra afiliasi
      Merupakan tahap permulaan dengan diawali adanya perkenalan dimana semua individu akan saling mengenal satu dengan yang lain, kemudian berkembang menjaadi kelompok yang sangat akrab dengan mengenal sifat dan nilai masing-masing anggota.
b.      Tahap Fungsional
      Tahap ini tumbuh ditandai adanya perasaan senang antara satu dengan yang lain, tercipta homogenitas, kecocokan dan kekompakan dalam kelompok. Maka akan terjadi pembagian dalam menjalankan fungsi kelompok.
c.       Tahap Disolusi
      Tahap ini terjadi apabila keanggotaan kelompok sudah mempunyai rasa tidak membutuhkan lagi dalam kelompok, tidak tercipta kekompakan karena perbedaan pola hidup, sehingga percampuran yang harmonis tidak terjadi dan akhirnya terjadi pembubaran kelompok.

      Perkembangan kelompok sebenarnya banyak dikemukakan oleh para ahli. Clark (1994) mengemukakan perkembangan kelompok ke dalam tiga fase, yaitu:
a.      Fase orientasi
Individu masih mencari/dalam proses penerimaan dan menemukan persamaan serta perbedaan satu dengan lainnya. Pada tahap ini belum dapat terlihat sebagai kesatuan kelompok, tapi masih tampak individual.      
b.      Fase bekerja
Anggota sudah mulai merasa nyaman satu dengan lainnya, tujuan kelompok mulai ditetapkan. Keputusan dibuat melalui mufakat daripada voting. Perbedaan yang ada ditangani dengan adaptasi satu sama lainnya dan pemecahan masalah daripada dengan konflik. Ketidaksetujuan diselesaikan secara terbuka.
c.       Fase terminasi
Fokus pada evaluasi dan merangkum pengalaman kelompok. Ada perubahan perasaan dari sangat frustasi dan marah menjadi sedih atau puas, tergantung pada pencapaian tujuan dan pembentukan kelompok (kesatuan kelompok)




Tuckman dan Jensen membagi perkembangan kelompok dalam 6 fase, dimana terdapat perbedaan perilaku tim dan perilaku pemimpin sebagai berikut:
Fase
Perilaku tim
Perilaku pemimpin
Orientation
Ragu, belum familiar, belum saling percaya, belum ada partisipasi
Mendefinisikan misi kelompok, tipenya masih memberi instruksi, membuat skema tujuan
Forming
Menerima satu sama lain, belajar ketrampilan komunikasi,  mulai termotivasi
Rencana/fokus pada masalah, role model yang positif, mendorong adanya partisipasi
Storming
Semangat tim berkembang, mulai membangun kepercayaan, konflik mungkin muncul, terkadang tidak sabar dan frustasi
Evaluasi gerakan kelompok, fokus pada tujuan, penyelesaian konflik, menentukan tujuan
Norming
Kenyamanan meningkat, identifikasi tanggung jawab, interaksi tim efektif, resolusi konflik
Fokus pada tujuan,  menyertai proses, memberikan dorongan pada tim
Performing
Tujuan yang jelas, adanya kohesi/kesatuan, pemecahan masalah
Beraksi seperti  anggota kelompok,  dorongan meningkatkan tanggung jawab, mengukur hasil
Terminating
Angota tersebar, tim akhirnya mencapai tujuan
Perayaan dan penghargaan, memperkuat kesuksesan.

E. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KELOMPOK
     Faktor-faktor ini dikemukakan oleh Mc. Gregor (1960):
·         Atmosfer , atmosffer yang rileks dan nyaman bebas dari tekanan, dimana tiap individu dapat berinteraksi dan terlibat
·         Diskusi, fokus pada tiap orang berpartisipasi
·         Tujuan/obyektif, dipahami secara jelas dan diterima oleh anggota kelompok
·         Listening, anggota akan aktif mendengar anggota lain
·         Disagreement/pertentangan, jika ada perselisihan pendapat, kelompok merasa nyaman untuk menghadapi semuanya
·         Keputusan, dibuat dengan konsensus/persetujuan  umum/mufakat
·         Critisim, terbuka, tidak ada agenda disembunyikan, sehingga anggota merasa nyaman
·         Feeling, dapat diekspresikan dengan bebas
·         Action, secara jelas ditegaskan dan anggota berkomitmen
·         Leadership, fleksibel,  tidak ada perebutan kekuasaan
·         Kesadaran diri, kelompok penuh dengan cara kerja.
F. KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN DALAM KELOMPOK
   Keunggulan/kelebihan kelompok:
·     Adanya sifat keterbukaan antar angota
·        Adanya kemauaan angota kelompok, yang mengutamakan kepentingan kelompok
·        Adanya kemampuan secara emosional dalam mengungkapkan pengalaman
·        Pengetahuan dan kemampuan tanpa meninggalkan kaidah dan norma yang telah disepakati kelompok
Kelemahan dalam kelompok:
·        Waktu penugasan
·        Tempat atau jarak anggota kelompok yang berjauhan

G. PENERAPAN KONSEP DINAMIKA KELOMPOK
  1. Kelompok Sebaya (peer group)
Dalam kelompok sebaya, individu akan merasakan adanya kesamaan satu dengan lainnya (usia, kebutuhan, dan tujuan). Kelompok sebaya tidak mementingkan struktur organisasi, namun diantara anggota kelompok merasakan adanya tangung jawab atas keberhasilan dan kegagalan kelompok.
Ciri-ciri kelompok sebaya:
    • Tidak mempunyai struktur organisasi yang jelas
    • Bersifat sementara
    • Mengajarkan individu tentang kebudayaan yang luas
    • Anggotanya adalah individu yang sebaya
Fungsi kelompok sebaya:
·         Mengajarkan kebudayaan
·         Mengajarkan mobilitas sosial
·         Membantu peranan sosial baru
·         Kelompok sebaya sebagai sumber informasi bagi orang tua dan guru, bahkan untuk masyarakat
·         Individu dapat mencapai ketergantungan satu sama lain
·         Kelompok sebaya mengajar moral orang dewasa
·         Individu dapat mencapai kebebasan sendiri

  1. Masyarakat (community)
Menurut Soerjono Soekanto, istilah community dapat dterjemahkan sebagai “masyarakat setempat”. Istilah yang menunjuk pada warga suatu desa, sebuah kota, suku, atau suatu bangsa. Dapat disimpulkan bahwa masyarakat setempat adalah suatu wilayah kehidupan sosial, yang ditandai oleh derajat hubungan sosial tertentu.
Ciri-ciri community:
·    Adanya  daerah/batas tertentu
·    Manusia yang bertempat tinggal
·    Kehidupan masyarakat
·    Hubungan sosial antara anggota kelompoknya
Komponen community:
·   Masyarakat sebagai kelompok atau himpunan orang-orang yang hidup bersama terjalin satu sama lain ketika orang-orang tersebut menjadi anggotanya
·   Kebudayaan sebagai alat pemuasan kebutuhan manusia, baik jasmani maupun rohani
·   Kekayaan alam sebagai sumber materi bagi kelangsungan hidup manusia

H. PENTINGNYA DINAMIKA KELOMPOK DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING.
               Dinamika kelompok dimanfaatkan untuk mencapai tujuan bimbingan dan konseling melalui layanan bimbingan kelompok. Bimbingan dan konseling kelompok bermaksud memanfaatkan dinamika kelompok sebagai media dalam upaya membimbing individu-individu yang memerlukan. Media dinamika kelompok ini adalah unik dan hannya dapat ditemukan dalam suatu kelompok yang benar-benar hidup. Kelompok yang hidup selalu bergerak, aktif dan berdenyut. Dalam bimbingan kelompok dinamika kelompok dengan sengaja ditumbuh kembangkan, yang semula masih sangat lemah atau belum ada sama sekali, ditumbuhkan dan dikembangkan sehingga menjadi kuat.
               Konselor yang menyelenggarakan bimbingan kelompok sangat berkepentingan dengan pengembangan dinamika kelompok dalam kelompok terebut. Bahkan pengembangan dinamika kelompok merupakan tugas utama. Tanpa berkembangnya dinamika kelompok sampai taraf keefektifan tertentu tidak dapat diharapkan kegiatan bimbingan akan menimbulkan hasil sebagaimana diharapkan.
               Peserta yang terlibat bdinamika kelompok dalam bimbingan kelompok akan dapat mencapai tujuan yaitu mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan diri dan diperolehnya kemampuan-kemampuan sosial. Dari segi lain, di peroleh berbagai pengalaman, informasi, wawasan, pemahaman, nilai, dan sikap serta berbagai alternatif yang akan memperkaya dan mungkin dapat mereka praktekan dalam kehidupan sehari-hari.
               Layanan kelompok dalam bimbingan dan kelompok tidaklah mementingkan hasil yang berupa kesimpulan-kesimpulan. Yang penting dalam bimbingan dan kelompok adalah apakah individu-individu anggota kelompok telah memperoleh sesuatu yang bergguna bagi perkembangan dirinya berkat keikutsertaan mereka masing-masing dalam kegiatan kelompok. Bimbingan dan konseling kelompok lebih mengutamakan proses, yaitu berperannya dinamika kelompok terhadap pengembangan pribadi peserta, daripada hanya sekedar kesimpulan-kesimpulan hasil bahasan.



DAFTAR PUSTAKA

Ratna, S.,dkk. 2003. Dinamika Kelompok. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara
Santosa, S. 2004. Dinamika Kelompok. Jakarta: PT Bumi Aksara
Emilia, O.,dkk. 2000. Panduan Pelaksanaan Latihan Dinamika Kelompok. Yogyakarta: Tim Pelaksana Inovasi Pendidikan FK UGM


Tidak ada komentar:

Posting Komentar